Berapa Lama Orang Sembuh dari Vertigo?
Tidak ada waktu pasti kapan orang bisa sembuh dari vertigo. Serangan atau episode vertigo bisa terasa selama beberapa detik, menit, hingga jam. Kebanyakan kasus vertigo berlangsung dalam hitungan detik hingga menit. Selain itu, vertigo bisa berulang atau kambuh selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Yang pasti, dalam banyak kasus vertigo dapat reda dengan sendirinya tanpa perawatan spesifik.
Pasien mempercepat kesembuhan dengan menerapkan gaya hidup sehat, termasuk tidur selama 7-8 jam sehari, mengendalikan stres, dan berolahraga secara teratur, serta menghindari atau membatasi aktivitas yang bisa memicu vertigo.
Diagnosis Sakit Kepala Tegang
Dokter biasanya dapat mendiagnosis sakit kepala tegang hanya dari tanya jawab dan beberapa pemeriksaan fisik. Pada prosesnya, dokter akan bertanya mengenai gejala yang dialami pasien, seperti ciri nyeri yang dialami, lokasi, dan tingkat keparahan sakit kepala yang dirasakan.
Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik sederhana dengan menekan otot di sekitar leher dan pundak, atau mengetuk area kulit kepala dan wajah. Pada tahap ini, pasien biasanya merasakan nyeri. Dokter mungkin juga akan memeriksa apakah leher pasien terasa kaku.
Jika dari tanya jawab dan pemeriksaan fisik diketahui bahwa keluhan yang dialami pasien tergolong berat, sangat mengganggu, atau tidak kunjung hilang, dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang, seperti:
Olahraga terlalu berat
Bagi sebagian orang, sakit kepala mungkin dipicu karena melakukan latihan atau jenis olahraga yang dilakukan secara intens. Ya, olahraga intens yang dilakukan secara berlebihan berpotensi menyebabkan rasa sakit di puncak kepala Anda.
Sebagai contoh, ketika Anda berlari sprint atau melakukan gerakan olahraga yang berulang. Maka dari itu, sebelum melakukan latihan ada baiknya untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu.
Apa penyebab sakit kepala bagian atas?
Ada berbagai penyebab yang dapat memicu kondisi tersebut, yang perlu diketahui membahas cara mengatasinya. Beberapa kondisi yang dapat menjadi penyebab sakit kepala pada bagian atas, antara lain:
Cara Mengatasi Sakit Kepala
Penyebab sakit kepala dan cara mengatasinya bisa disesuaikan dengan kondisi sakit kepala yang dialami. Jika sakit kepala tidak disertai dengan gejala lain yang berbahaya, penderita dapat mengatasinya dengan beberapa cara berikut ini:
Apabila penyebab sakit kepala dan cara mengatasinya sudah diketahui tetapi keluhan sakit kepala yang dirasakan tidak kunjung mereda, Anda bisa mengonsumsi obat sakit kepala berikut ini:
Obat pereda nyeri, seperti paracetamol, aspirin, dan ibuprofen, bisa digunakan untuk mengatasi sakit kepala. Beberapa jenis obat pereda nyeri tersebut bisa dibeli bebas tanpa resep dokter.
Namun, pastikan untuk membaca dosis dan aturan penggunaannya agar terhindar dari kemungkinan efek samping akibat penggunaan obat secara berlebihan.
Selain itu, obat pereda nyeri juga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi dalam jangka panjang atau lebih dari 10 hari. Jadi, apabila Anda masih merasa sakit kepala setelah menggunakan obat tersebut, sebaiknya periksakan diri ke dokter, ya.
Jika obat pereda nyeri tidak bisa mengatasi sakit kepala, obat golongan triptan bisa menjadi pilihan. Obat migrain ini bisa mengobati sakit kepala karena migrain, atau sakit kepala kronis yang sering kambuh.
Obat ini bekerja dengan cara merangsang serotonin, yaitu senyawa kimia di otak untuk menghentikan rasa sakit. Beberapa jenis obat triptan yang bisa digunakan untuk mengatasi sakit kepala adalah sumatriptan dan rizatriptan.
Obat ini hanya bisa digunakan sesuai resep dan anjuran dokter. Oleh karena itu, sebelum menggunakan obat ini, pastikan untuk selalu membaca dosis dan aturan penggunaan obat yang sudah dianjurkan.
Obat antidepresan bisa digunakan untuk mengatasi migrain atau sakit kepala kronis yang sering kambuh. Obat jenis ini bisa diresepkan dokter untuk mengobati sakit kepala akibat gangguan mental, seperti depresi atau gangguan cemas.
Beberapa jenis obat antidepresan yang bisa digunakan untuk mengobati sakit kepala adalah fluoxetine, sertraline, escitalopram, amitriptyline, doxepin, dan imipramine. Namun, penggunaan obat-obat antidepresan ini hanya boleh digunakan sesuai resep dan anjuran dokter.
Obat antikonvulsan atau antikejang biasanya digunakan untuk mengatasi kejang oleh penderita epilepsi. Namun, beberapa jenis obat antikejang juga bisa mengatasi sakit kepala dan migrain, khususnya yang sering kambuh.
Obat antikejang juga bisa digunakan untuk mengatasi sakit kepala yang disebabkan oleh epilepsi. Epilepsi tidak selalu menunjukkan gejala berupa kejang, tetapi bisa juga menyebabkan nyeri kepala. Kondisi ini disebut dengan ictal headache.
Salah satu jenis obat antikejang yang bisa diresepkan dokter adalah topiramat. Sama seperti obat antidepresan, obat ini juga hanya bisa digunakan sesuai dengan resep dokter.
Selain itu, guna mencegah sakit kepala muncul kembali, sebaiknya kelola stres dengan bijak, jaga pola makan dengan konsumsi makanan bergizi, tidur yang cukup, serta olahraga secara rutin.
Itulah beragam penyebab sakit kepala dan cara mengatasinya. Jika cara di atas tidak efektif untuk meringankan keluhan sakit kepala yang Anda alami atau sakit kepala justru memburuk, segera periksakan diri ke dokter agar dapat diberikan pengobatan yang sesuai dengan penyebab sakit kepala yang dialami.
Komplikasi Sakit Kepala Tegang
Jika tidak ditangani dengan tepat, sakit kepala tegang dapat sering kambuh. Sakit kepala tegang yang sering kambuh bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan mengganggu tidur, terutama jika nyeri yang dirasakan tergolong parah.
Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah rebound headache, yaitu sakit kepala akibat konsumsi obat-obatan secara berlebihan untuk mengatasi sakit kepala tegang. Rebound headache terjadi ketika tubuh menjadi terbiasa dengan obat yang digunakan sehingga sakit kepala muncul ketika pemakaian obat dihentikan.
Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk selalu berkonsultasi kepada dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan atau ketika obat-obatan tersebut tidak begitu meredakan gejala.
Berbagai Penyebab Sakit Kepala
Berdasarkan jenisnya, sakit kepala dibedakan menjadi sakit kepala tegang, migrain, dan sakit kepala cluster.
Sakit kepala tegang bisa menyerang bagian kepala mana pun, umumnya terasa berat, dan membuat kepala cenat-cenut. Sementara itu, migrain dan sakit kepala cluster biasanya terasa di salah satu sisi kepala dan gejalanya bisa berlangsung singkat atau justru menetap hingga beberapa jam.
Berbagai sakit kepala tersebut bisa disebabkan oleh banyak hal, di antaranya adalah:
Salah satu penyebab sakit kepala yang paling umum terjadi adalah kurang tidur. Saat seseorang kurang tidur, tubuhnya bisa kekurangan energi, sehingga otak tidak bisa berfungsi dengan baik dan mudah mengalami sakit kepala. Selain itu, kurang tidur juga bisa menyebabkan sulit konsentrasi, kelelahan, dan perubahan mood.
Stres berlebihan juga bisa menjadi penyebab sakit kepala dan migrain. Ketika sedang stres, tubuh akan menghasilkan hormon stres atau kortisol berlebihan. Ketika kadar hormon ini meningkat, Anda bisa lebih mudah mengalami sakit kepala.
Kekurangan gula darah (hipoglikemia) bisa menjadi penyebab sakit kepala. Sumber energi utama otak dan saraf adalah glukosa atau gula darah. Ketika kadar gula darah menurun, Anda bisa mengalami sakit kepala.
Hipoglikemia sering kali terjadi pada orang yang telat makan, menjalani diet ekstrim, atau mengonsumsi obat-obatan antidiabetes.
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah berkurang, sehingga tidak dapat membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan baik. Oksigen merupakan salah satu sumber energi bagi tubuh, termasuk untuk otak.
Saat otak tidak menerima cukup oksigen, kondisi ini bisa menjadi penyebab sakit kepala, pusing, dan mata berkunang-kunang.
Sakit kepala juga bisa disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti infeksi virus. Beberapa infeksi yang bisa menajdi penyebab sakit kepala antara lain adalah flu, demam berdarah, dan chikungunya.
Selain sakit kepala, infeksi juga sering kali akan menimbulkan gejala lain, seperti demam, nyeri otot atau tulang, batuk pilek, dan lemas.
Stroke juga bisa menjadi salah satu penyebab sakit kepala. Tak hanya sakit kepala, stroke juga bisa menimbulkan gejala lain, seperti kesulitan bicara atau bicara pelo, wajah tampak tidak simetris, sulit menggerakkan bagian tubuh tertentu, serta muntah.
Stroke merupakan salah satu gangguan pada otak yang berbahaya dan perlu segera ditangani oleh dokter. Jika tidak ditangani dengan baik dan cepat, stroke bisa menimbulkan kerusakan otak permanen.
Sakit kepala parah dan terjadi berulang kerap dikaitkan dengan kondisi medis lainnya seperti tumor otak. Kondisi ini bisa terjadi ketika tumor berukuran cukup besar, sehingga dapat menekan saraf atau pembuluh darah di otak dan menjadi penyebab sakit kepala.
Sakit kepala juga bisa menjadi gejala awal dari meningitis. Ini adalah kondisi peradangan pada selaput pelindung otak dan saraf tulang belakang akibat infeksi virus, bakteri, atau jamur.
Selain sakit kepala, meningitis juga bisa menimbulkan gejala lain berupa leher kaku, demam, lemas, mual muntah, mata mudah merasa silau, dan kejang. Meningitis merupakan penyebab sakit kepala yang berbahaya dan perlu segera ditangani oleh dokter.
Penyebab sakit kepala lainnya yang juga cukup sering terjadi adalah sinusitis. Saat kambuh, penyakit ini bisa menimbulkan pilek, nyeri kepala terutama di bagian wajah, dan sakit kepala. Sinusitis biasanya disebabkan oleh infeksi atau iritasi pada rongga sinus, misalnya karena paparan asap rokok atau debu berlebihan.
Gangguan mata juga bisa menjadi penyebab sakit kepala, salah satunya adalah mata tegang. Ketegangan mata terjadi ketika seseorang menggunakan mata secara intens dalam waktu yang lama, seperti membaca atau melihat layar komputer. Mata tegang bisa menyebabkan gejala sakit kepala dan penglihatan kabur.
Selain itu, gangguan mata lainnya yang bisa menjadi penyebab sakit kepala dan mata tegang adalah rabun dekat, rabun jauh, dan mata slinder.
Cedera kepala juga bisa menjadi penyebab sakit kepala. Penyebab paling umum seseorang mengalami cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, benturan atau pukulan di kepala, atau jatuh dari ketinggian.
Sakit kepala akibat cedera kepala bisa tergolong ringan tetapi juga bisa terjadi berkepanjangan. Ini tergantung pada cedera kepala yang dialami.
Berbagai riset menunjukkan bahwa orang yang memiliki gangguan mental cenderung lebih sering mengalami sakit kepala. Ini diduga berkaitan dengan perubahan zat kimia di otak (neurotransmiter) dan respon penderita gangguan mental terhadap stres.
Beberapa gangguan mental yang bisa menjadi penyebab sakit kepala lebih sering kambuh adalah depresi, gangguan psikosomatik, dan gangguan kecemasan.
Selain berbagai penyebab di atas, masih banyak kondisi lain yang juga bisa menimbulkan sakit kepala, yaitu:
Sakit kepala tegang (tension headache)
Sakit kepala tegang adalah salah satu penyebab yang paling umum dari timbulnya sakit di atas kepala.
Rasa sakit kepala yang satu ini biasanya terasa tidak nyaman meski tidak terlalu parah. Umumnya, rasa sakit yang dialami seolah kepala sedang diremas-remas dan terdapat beban yang amat berat di pucuk kepala. Beberapa orang bahkan merasakan sakit kepala di ubun-ubun ini menjalar hingga pundak dan leher.
Pemicunya kemungkinan karena otot pada leher dan belakang kepala yang meregang, stres emosional, kelelahan, postur tubuh yang terlalu membungkuk, kurang minum air, infeksi sinus (sinusitis), mata lelah karena berjam-jam di depan komputer, hingga kurang tidur.
Tekanan yang Anda rasakan pada sekitar leher membuat otot di leher, wajah, rahang, hingga kulit kepala ikut terasa tegang.
Penyebab lain dari sakit kepala bagian atas adalah migrain. Saat mengalami migrain, Anda akan merasakan kepala seperti berdenyut yang perlahan-lahan semakin terasa sakit. Rasa sakit ini bisa berawal dari sisi kepala Anda dan berpindah ke bagian atas atau justru sebaliknya. Bahkan, rasa sakit ini bisa terasa hingga ke belakang leher.
Gejala lain yang mungkin Anda alami saat migrain adalah mual, tangan terasa dingin, dan Anda menjadi lebih sensitif terhadap cahaya dan suara.
Penyebab migrain termasuk perubahan hormon, gangguan tidur, bau yang terlalu tajam, kebiasaan merokok, dan kebiasaan melewatkan jam makan.
Jika Anda sedang mengalami migrain, hindari melakukan aktivitas dan upayakan untuk beristirahat di rumah. Pergerakan sederhana seperti berjalan atau membersihkan rumah dapat memperburuk kondisi tersebut, apalagi jika harus beraktivitas di luar.
Mengubah gaya hidup
Anda juga bisa mencoba mengurangi sakit di daerah atas kepala dengan meminimalisir kegiatan atau aktivitas yang memicu stres muncul.
Justru, tingkatkan kegiatan yang bisa membuat Anda lebih rileks, misalnya dengan melakukan yoga atau olahraga secara rutin. Olahraga yang bisa Anda lakukan adalah berenang, bersepeda, dan berjalan kaki.
Selain itu, pastikan kebutuhan tidur cukup. Artinya, Anda tidur sesuai dengan jam tidur yang ideal untuk orang dewasa. Sebab, kurang tidur bisa menyebabkan rasa sakit di kepala.
Cara Mengatasi Kepala Pusing Seperti Berputar
Hal pertama yang mesti dilakukan sebagai cara mengatasi kepala pusing seperti berputar adalah memeriksakan gejala ke dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk menegakkan diagnosis dan memberikan rekomendasi pengobatan yang tepat.
Dalam beberapa kasus, vertigo bisa reda sendiri tanpa perawatan khusus. Namun tak sedikit orang yang mengalami episode vertigo berulang selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Salah satunya orang yang menderita penyakit Meniere.
Ada tindakan medis yang secara spesifik dapat membantu meredakan dan mengatasi vertigo, antara lain gerakan kepala yang disebut manuver Epley untuk vertigo yang dipicu BPPV. Adapun obat yang dapat digunakan termasuk beberapa jenis antihistamin dan prochlorperazine. Banyak pula pasien vertigo yang mendapatkan manfaat dari latihan rehabilitasi vestibular guna mengatasi masalah keseimbangan yang memicu kepala pusing seperti berputar.
Untuk mencegah dan meredakan gejala vertigo di rumah, hal berikut ini dapat Anda lakukan: